Foto: RamahNUsantara (13/10/17) |
RamahNUsantara, Jakarta - Sejak tahun 80 an, gairah keislaman masyarakat perkotaan mulai marak. Ini adalah hal positif setelah sekian lama " simbol" Islam dianggap konservatif bahkan kuno.
Revivalisme ini mempunyai nilai positif yaitu simbol Islam diruang publik menjadi semarak: busana, pengajian, kajian keagamaan dll.
Tetapi, sisi negatifnya ada kalangan di perkotaan yang dasar pengetahuan agamanya sangat lemah, sehingga potensial dimanfaatkan oleh kelompok intoleran untuk menebarkan keraguan (tasykik) dan pengkafiran kepada kelompok yg berbeda (takfir).
Bahkan tak jarang kita temukan pengajian di kantor kantor BUMN isinya hujatan, pemecah-belah persatuan, anti Pancasila serta mengusung sistem di luar NKRI.
Mereka juga mengadakan ajang pengkafiran berkedok diskusi, deklarasi takfiri termasuk gerakan konservatif: curiga dengan yang beda, dan cenderung memusuhi.
Bagaimana strategi dakwah masyakarat perkotaan?
- Tugasnya adalah menjaga dan mengembangkan sisi positif dari gairah tersebut, serta membantu "kaum awam" agar mampu menyaring segala macam pengetahuan yang telah mereka terima dari berbagai narasumber.
- Harus menjawab segala tantangan problematika keberagamaan yang ada di tengah masyarakat Islam perkotaan dengan argumentasi logis dan faktual.
- Humanis, visioner, progressif, symbol kodernitas, aktual instan, santai, revivalisme (ash shahea al islami), fashionable
- Kesalehan simbolik dan sikap inklusif dan pluralis tidak harus berlawanan
Bagaimana " Mereka" bisa memguasai kajian keagamaan di perkantoran?
- Kaderisasi sejak di kampus
- Militansi yang kuat dan sistematis,
- Koordinasi yang kuat
Bagaimana NU dan kelompok moderat?
- NU punya modal yang kuat soal keilmuan dan keindonesian dengan referensi klasik yang kokoh serta pembuktian sejarah yg panjang dan teruji.
- Saatnya untuk "khotibin an naas bi qodri uqulihim", nalar, kecenderungan dan hobby mereka.
- Membangun militansi dan sinergitas antar kelompok moderat.
- Menyusun silabus dakwah Islam yang transformatif, emansifatorif dan mengindonesia
- Melatih para dai agar bisa tampil dengan formulasi sesuai dengan nalar media TV
Jakarta 12/10 2017
Penulis:
KH. Maman Imanulhaq
(Ketua Lembaga Dakwah PBNU)
(*)