Foto:Produktifmuslim |
RamahNUsantara, Jakarta - Asnawi Muhammadiyah, panjang lebar. ‘’Ntar ya, saya temui beliau. Kalau bisa kita langsung menghadap beliau,’’ tambahnya, penuh semangat.
Tak lama kemudian, Asnawi menemui kami di ruang kerjanya. ‘’Ayo, pak Direktur menunggu kita. Alhamdulillah, beliau sangat setuju dengan ide dinda semua,’’ katanya sambil berdiri. Kami pun langsung menghadap Pak Kartono yang ruangannya satu lantai di Gedung Kemenag, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Kami pun menuju ruang kerja Direktur Pembinaan Haji, Drs. H. Kartono. Asnawi pun menjelaskan tujuan kehadiran kami, walau sebelumnya dia udah menjelaskan. ‘’Ini teman-teman yang akan membuat film manasik haji,’’ katanya.
‘’Gimana konsep film manasik haji yang akan kalian bikin?,’’ tanya Kartono.
Tetapi, sebelum teman-teman menjawab, Aris meminta menjelaskan latar belakang ide itu. ‘’Mungkin Mas Bahar perlu menjelaskan latar belakang ide pembuatan film manasik haji ini. Karena dari beliaulah yang pertama kami mendengar rencana pembuatan film ini,’’ ujarnya.
Saya menjelaskan latar belakang pembuatan film tersebut. ‘’Saya fikir pak Kartono dan Kanda Asnawi sudah faham perlunya pembuatan film manasik haji ini. Cuma, selama ini selalu terkendala masalah anggaran. Sekarang, insya Allah masalah anggaran sudah bisa kami atasi, kami hanya butuh porsi atau seat untuk crew dan talent atau pemerannya,’’ kataku.
Sedangkan konsep filmnya sendiri, kataku lebih lanjut, secara sederhana adalah film yang menggambarkan mengenai pelaksanaan ibadah haji, mulai dari jemaah calon haji menyiapkan segalanya dari rumah, lantas masuk asramaari haji sesuai dengan adanya SPMA (Surat perintah masuk asrama haji), lantas naik pesawat hingga melaksanakan ibadah haji sampai kembali ke rumahnya. ‘’Nanti semua itu akan dirinci dalam proposal yang sedang kami susun,’’ kataku.
‘’Kalau gitu, oke segera susun proposalnya yang ditujukan kepada Pak Dirjen PHU. Segera bikin, kita usahakan tim ini bisa membuat film manasik haji itu, musim haji tahun ini,’’ tegas Kartono.
Kami pun sangat senang mendengar penegasan Direktur Pembinaan Haji tersebut.
‘’Alhamdulillah,’’ hampir secara bersamaan teman-teman mengucapkannya.
‘’Jadi, soal biaya, sudah tidak masalah,’’ tanya Kartono, minta menegasan tim.
Aris menjelaskan, ‘’Insya Allah begitu,’’ katanya. ‘’Kami ajak produser untuk membiayainya. Ini Mas Imam sebagai produsernya,’’ tambahnya, seraya memperkenalkan Imam Ghozali sebagai produser film tersebut.
‘’Syukurlah, kalau begitu,’’ komentar singkat Kartono. ‘’Jadi, yang teman-teman butuhkan hanya porsi atau seatnya. Gimana As, bisa gak kita siapkan porsi itu untuk team ini?,’’ tanyanya kemudian.
As adalah panggilan akrab untuk Kanda Asnawi yang selalu dikatakan oleh Kartono sebagai atasannya. ‘’Insya Allah bisa, pak,’’ jawab Asnawi, mantab.
Usai pertemuan, kami pun kembali ke ruangan Asnawi. Aris sebagai sutradara lantas minta penjelasan detail mengenai proses pelaksanakan ibadah haji. ‘’Tanya Dinda Bahar saja. Dia udah tahu,’’ jawab Asnawi.
‘’Jangan gitu Kanda. Dinda belum pernah menunaikan ibadah haji,’’ jawabku.
‘’Memalukan. Redaktur Reaalita Haji belum pernah menunaikan ibadah haji,’’ tegas Asnawi, dengan canda khasnya. ‘’Tenang aja, biar staf saya yang menyusun rangkaian pelaksanaan ibadah haji. Itu gampang aja,’’ tegasnya kemudian.
‘’Itu sangat kami perlukan untuk penyusunan rondown pembuatan film itu yang harus kami lampirkan dalam proposal kami. Semoga bisa secepatnya kami terima,’’ pinta Aris.
Asnawi pun memanggil stafnya, Nuruddin untuk menyiapkan tulisan mengenai rangkaian penyelenggaraan ibadah haji. ‘’Tolong bikin secepatnya. Dinda-dinda ini akan membuat film manasik haji yang sangat kita perlukan. Tolong dinda siapkan ya,’’ katanya pada stafnya trersebut.
‘’Apa kita kasih buku-buku manasik kanda,’’ tawar Nurudin.
‘’Jangan lah, dinda bikin tertulis secara singkat tetapi terinci dari tahapan-tahapan penyelenggaraan ibadah haji itu. Biar dinda sutradara ini memahaminya dengan mudah. Karena serangkaian penyelenggaraan ibadah haji itu yang akan menjadi rondown pembuatan film kita,’’ tegasnya. ‘’Tolonglah ya dinda,’’ pintanya kemudian.
Kasubdit Bimbjah itu pun minta agar pembuatan proposal dipercepat. ‘’Wakktu kita pendek. September udah mulai pemberangkatan jemaah calon haji. Sekarang udah mau bulan Juni. Jadi, kita hanya ada waktu tiga bulan untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji pada September atau paling akhir pertengahan Oktober,’’ tegas Asnawi, harap-harap cemas. ‘’Bisa kan kita selesaikan semua proses paling akhir awal September atau akhir Agustus?,’’ tambahnya.
Kami saling berpandangan, tanpa bisa bicara mendapat tantangan Kanda Asnawi dengan waktu hanya sekitar 3 bulan tersebut untuk membuat film bimbingan manasik haji tersebut. ‘’Gimana kang Aris,’’ tanyaku, memecah kesunyian suasana.
Tanpa banyak bicara, Aris langsung menegaskan. ‘’Insya Allah. Yang penting, kanda As mendukung penuh langkah kita,’’ tegasnya.
Asnawi pun dengan tegas menukung penuh rencana pembuatan film tersebut. ‘’Sekarang rencana ini di tangan dinda-dinda sekalian. Apa pun yang kalian butuhkan, insya Allah bisa kami bantu, kecuali soal dana. Kami tidak punya anggaran untuk itu,’’ tegasnya.
Penulis:
Bahar Maksum
Sekretaris LTN NU Jakarta Timur