Foto: AJP |
RamahNUsantara, Jakarta - Allah sungguh Maha Kuasa, sehingga apa pun kehendakNya, pasti terjadi. Dan, proses terjadinya sangat logis, tetapi kita jarang memahaminya dengan baik. Biasanya kita akan bertindak menolaknya, karena secara akal sehat hal itu dinilainya sebagai suatu kekeliruan.
Ini pengalaman saya pribadi. Saat itu awal Tahun 1996, saya harus memperpanjang KTP karena masa berlakunya udah habis. Setelah terbit KTP baru, status pekerjaan saya berubah, dari Wartawan menjadi Karyawan. Saya protes ke pihak Kelurahan Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, tempat tinggal saya dan tempat perpanjangan KTP tadi.
Baca Juga: Yang Terindah
Baca Juga: Yang Terindah
Petugas kelurahan menerima protes tersebut, mau mengubah status pekerjaan itu menjadi wartawan. Tetapi, saya menghadapi dilema. Saat itu, bulan April 1996, saya harus perpanjang Paspor yang habis masa berlakunya, sekaligus karena saya ada undangan dari PT. Bakrie Motor untuk meninjau persiapan pembuatan prototipe Mobil Nasional di Manchester, Inggris pada Juni 1996.
Akhirnya, KTP yang sudah jadi dengan status pekerjaan sebagai Karyawan, saya pakai untuk memperpanjang Paspor tadi, walau dengan hati jengkel. Ketika saya mengisi formulir permohonan perpanjangan Paspor di Imigrasi Jakarta Timur, status pekerjaan saya tulis wartawan. Tetapi oleh petugas Imigrasi diubah menjadi karyawan sesuai KTP. Padahal, sudah ada pengantar dari Jawa Pos, bahwa saya wartawan Jawa Pos. Akhirnya, jadilah Paspor saya dengan pekerjaan sebagai karyawan. Saya pun pasrah, menerima kenyataan itu.
Pada Juni 1996, saya pun bersama rombongan perusahaan PT. Bakrie Motor meninjau tempat pembuatan prototipe Mobil Nasional milik perusahaan Bakrie Group itu di Manchester, Inggris. Ikut serta beberapa wartawan dari media nasional, baik cetak atau pun elektronik.
Setahun kemudian, tepatnya pada November 1997, ada berita seorang TKW asal Cianjur mau dieksekusi mati di Riyad, Saudi Arabia karena membunuh majikannya. Jawa Pos pun mau mengirim wartawannya ke Riyad untuk meliput peristiwa eksekusi WNI itu. Dipilihlah, wartawan Jawa Pos asal Tasikmalaya, dengan pertimbangan kalau bisa ketemu sang terpidana mati, bisa wawancara menggunakan bahasa Sunda.
Cuma sayang, ketika mengajukan permohonan visa di Kedubes Arab Saudi, Jakarta, permohonan itu ditolak, karena status pekerjaan dalam Paspornya sebagai wartawan. Maka, dicarilah siapa wartawan yang paspornya bukan wartawan. Rupanya, di sinilah "KEHENDAK ALLAH ITU SEBENARNYA".
Akhirnya saya ditunjuk untuk mengajukan permohonan visa ke Kedubes Arab Saudi, karena Paspor saya status pekerjaannya KARYAWAN.
Akhirnya saya ditunjuk untuk mengajukan permohonan visa ke Kedubes Arab Saudi, karena Paspor saya status pekerjaannya KARYAWAN.
Hari Jumat setelah shalat Jumat saya menghadap langsung Dubes Arab Saudi di Jakarta bersama sahabat saya, Nasmay L Anas. Alhamdulillah, saya langsung dikasih visa untuk berangkat ke Saudi.
Cuma sayang, visa itu bukan untuk ke Riyad, tetapi ke Makkah, Madinah dan Jeddah dengan status kunjungan Umrah.
Saya berangkat hari Selasa minggu berikutnya ke Saudi dengan tujuan Jeddah, bukan Riyad. Padahal TKW yang mau dieksekusi itu di Riyad. Saya diam saja, yang penting ke Saudi. *senyum.... Hheeee...
Cuma sayang, visa itu bukan untuk ke Riyad, tetapi ke Makkah, Madinah dan Jeddah dengan status kunjungan Umrah.
Saya berangkat hari Selasa minggu berikutnya ke Saudi dengan tujuan Jeddah, bukan Riyad. Padahal TKW yang mau dieksekusi itu di Riyad. Saya diam saja, yang penting ke Saudi. *senyum.... Hheeee...
Ternyata di Jeddah sedang berlangsung pemulangan TKI/TKW Indonesia besar-besar akibat krisis moneter yang juga melanda Negeri Petro Dollar itu. Maka saya pun harus meliput peristiwa besar itu.
Tetapi, ketika saya mendarat di Airport King Abdul Aziz Jeddah, saya berniat untuk melaksanakan Ibadah Umrah duluan, mumpung ada kesempatan. Karena belum tentu saya bisa melaksanakan Ibadah Umrah dengan biaya sendiri.
Tetapi, ketika saya mendarat di Airport King Abdul Aziz Jeddah, saya berniat untuk melaksanakan Ibadah Umrah duluan, mumpung ada kesempatan. Karena belum tentu saya bisa melaksanakan Ibadah Umrah dengan biaya sendiri.
"INILAH KALAU ALLAH BERKEHENDAK, ADA JALAN UNTUK TERWUJUDNYA KEHENDAK TERSEBUT"
Akhirnya saya bisa melaksanakan Ibadah Umrah pada November 1997 atau sekitar 20 tahun yang lalu. (Ketika Allah Berkehendak 2 tentang Menunaikan Ibadah Haji)
Akhirnya saya bisa melaksanakan Ibadah Umrah pada November 1997 atau sekitar 20 tahun yang lalu. (Ketika Allah Berkehendak 2 tentang Menunaikan Ibadah Haji)
Bahar Maksum
(Sekretaris LTN NU Jakarta Timur)