Foto: RamahNUsantara (6/10/17) |
RamahNUsantara, Jakarta - Segera setelah diketahui PKI adalah dalang G 30 S, seluruh komponen rakyat bergerak dengan membentuk aliansi-aliansi guna melakukan demonstrasi besar-besaran. Para pemuda dan mahasiswa bergerak menuntut TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat).
Subhan ZE, tokoh pemuda NU paling cemerlang pada waktu itu, yang menjabat sebagai salah satu ketua PBNU, bersama dengan tokoh-tokoh pemuda lainnya membentuk KAPI (Kesatuan Aksi Pemuda Indonesia) sekaligus dia sendiri sebagai ketuanya melakukan demonstrasi besar-besaran dan mengkonsolidasikan pemuda seluruh Indonesia untuk mengganyang PKI.
Sementara itu dikalangan mahasiswa, Zamroni, tokoh aktifis mahasiswa yang cerdas, ketua umum sekaligus salah satu pendiri PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), organisasi mahasiswa di bawah NU, menginisiasi membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), aliansi seluruh organisasi mahasiswa, sekaligus dia sendiri ketuanya. Demo besar-besaran oleh KAMI membawa korban, salah satunya adalah Arief Rahman Hakim, pahlawan Ampera, mahasiswa UI yang meninggal ditembak Cakrabirawa.
Di lapangan, GP Ansor dan Banser bergerak cepat bersama TNI melakukan pembersihan anggota-anggota PKI. Tak terhitung banyaknya bentrokan antara Pemuda Ansor dan PKI yang menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak.
Fakta sejarah bicara, pada tahun 65 dan tahun-tahun setelahnya NU menjadi motor perlawanan terhadap PKI dan antek-anteknya. Peran NU sangat besar dalam melakukan pembersihan terhadap PKI.
Melihat sejarah ini, mestinya yang teriak kencang tolak kebangkitan PKI sekarang ini adalah NU. Tapi kenapa kok NU adem ayem aja ya dengan isu PKI yang kencang saat ini?
Jawabnya, karena NU paham bahwa isu PKI ini cuma dagangan politik untuk 2019. Dan NU tahu siapa dibalik kencangnya isu PKI ini.
Penulis:
Muhammad Imaduddin